Rabu, 27 Desember 2017

DUNIA MALAM SEBAGAI GAYA HIDUP DAN PENGARUHNYA TERHADAP ANAK MUDA

    💜Dunia malam. Dua patah kata ini rasanya semakin sering beredar di telinga kita, dan semakin banyak pula sosok-sosok yang melakoni kehidupan dalam dunia malam tersebut. Hal tersebut tampak wajar, karena seiring dengan berjalannya waktu, kota-kota besar di Indonesia seperti Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya telah mengalami berbagai perkembangan sebagai cerminan dari sebuah keberhasilan ekonomi nasional, dan bersamaan dengan kemajuan pertumbuhan kota tersebut, maka bermunculanlah berbagai sarana hiburan, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat (Ghazali, 2004).

Demi mengimbangi kebutuhan masyarakat yang haus akan hiburan, hadirlah berbagai macam sarana hiburan, terutama sarana hiburan dunia malam, mulai dari kelas bawah sampai yang mewah, seperti klub-klub malam atau diskotik, pub, kafe, dan lain sebagainya yang muncul bak menjamur di kota-kota besar tersebut, termasuk Lampung. Dewasa ini, aktivitas malam telah menjadi bagian yang sangat penting dalam konsumsi hidup anak muda (Hollands, 1995; Chatterton and Hollands, 2001; dalamMalbon, 1999). Demi menghilangkan kejenuhan atau justru telah menjadi sebuah kebiasaan, mendatangi tempat hiburan malam tentunya membawa kepuasan tersendiri bagi para penikmatnya. 

Setiap tempat hiburan memiliki daya tarik tersendiri dan memiliki penikmatnya masing masing. Kesamaan dalam hal mencari hiburan dan cara menghabiskan waktu oleh beberapa masyarakat perkotaan ini kemudian menjadikan munculnya gaya hidup masyarakat perkotaan. Kemajuan teknologi juga merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya tempat-tempat hiburan di daerah perkotaan dan salah satu tempat hiburan yang sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi adalah diskotik. Peralihan dari piringan hitam menuju CD (Compact Disk) hingga DVD dan penambahan daya suara dari sound system hingga lampu-lampu gemerlap yang semakin mengkilau dengan kehadiran sinar laser merupakan bagian dari perkembangan diskotik yang sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. 

Diskotik merupakan tempat hiburan yang disuguhkan untuk para penikmat dunia malam. Hal ini dikarenakan diskotik hanya dibuka pada malam hari hingga menjelang pagi. Fenomena hiburan malam dalam kemasan modernitas yang kini seolah menjadi nafas baru pada kehidupan di Lampung adalah salah satu hal yang menarik dan menyedot mahasiswa untuk berpartisipasi di dalamnya. Club, café, Diskotik, Bilyard, Konser music dan lain sebagainya merupakan tempat-tempat yang biasa dikunjungi anak muda dan mahasiswa . Fasilitas komunikasi dan informasi sebagai salah satu penyokong utama arus globalisasi berpengaruh signifikan dalam segala sector kehidupan.

 Arus globalisasi memaksa mahasiwa menerima perbedaan kebudayaan yang bercampur (kebudayaan Timur versus kebudayaan barat). 3 Globalisasi menyebabkan berbagai gaya hidup mahasiswa dan media masa turut mempengaruhi perkembangan gaya hidup mahasiswa. Dalam hal ini misalnya, media masa juga menawarkan produk atau program yang bersifat ke arah budaya barat bukan timur, imbasnya kepada mahasiswa yang masih mencari jati diri dan mahasiswa pun mengikuti arus budaya barat mulai dari fasion, membentuk pergaulan modern, hingga muncul selera kebarat-baratan. Fenomena aktivitas sampai tengah malam bahkan sampai dini hari dikalangan mahasiswa bukan lagi hal yang sulit ditemukan di Lampung. Karena hampir sebagian penduduk produktifnya adalah pelajar dan mahasiswa. Dengan sendirinya diantara sekian banyak mahasiwa yang ada, sebagian dari mereka adalah ada yang menggunakan waktu malam untuk mencari hiburan malam. Aktivitas mengunjungi klub malam tersebut kerap kali didengungkan orang-orang dengan istilah clubbing. Dunia gemerlap atau yang biasanya disebut Clubbing ,sudah menjadi kegiatan malam bagi kebanyakan anak muda termasuk mahasiswa di Lampung. 

Generasi muda mahasiswa merupakan individu yang cepat menerima unsur kebudayaan asing yang termasuk dari proses akulturasi. Mayoritas dari mereka adalah mahasiwa sebagai pemuda yang bisa dikatakan kaum intelek yang selalu berlari untuk berpacu dengan arus modernisasi. Sikap yang mengagungkan terhadap modernitas jugalah yang membuat mahasiswa terjerumus menjadi kaum hedonis yang menempatkan kesenangan duniawi menjadi prioritas utama, yang dibungkus dalam bentuk hiburan malam. Salah satu alasan yang sering dikemukakan ketika clubbing adalah untuk menghilangkan stress. Akan tetapi anggapan ini belum terbukti. Kesenangan 4 yang dirasakan saat clubbing bisa jadi hanya reaksi emosi sementara. Jika dilakukan berulang-ulang dan menjadi rutinitas, secara langsung atau pun tidak maka akan berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalanya. Dalam clubbing juga banyak hal-hal yang sifatnya negative. Diantaranya adalah kebiasaan merokok dan minum minuman keras. Seperti yang sudah diketahui, hal tersebut cenderung menimbulkan 80% efek negatf terutama untuk kesehatan tubuh. Selain itu kegiatan ini dilakukan pada malam hari sampai pagi, dimana seharusnya tubuh beristirahat setelah seharian beraktivitas. Selain itu, bagi mahasiswi yang sudah memasuki dunia malam, hampir bisa dipastikan mendapat label buruk dari masyarakat, walaupun disana mereka hanya duduk menari dan minum orange juice atau softdrink. Orang-orang yang mengunjungi club atau aktif di dalam club sering disebut dengan istilah clubbers. 

Clubbers diarahkankepadamereka yang memilikihobi yang sama dan membentuk kelompok atau komunitas yang terorganisir, sebagai pengunjung setia sejumlah pub, diskotik, dan bar (Hendra&Erna, dalamSriwijaya Post, 9 April 2006). Mayoritas para clubbers adalah para generasi muda mahasiswa yang memiliki status ekonomi yang cukup baik. Ini terlihat dari kebutuhan-kebutuhan materi yang menopang aktivitas clubbing yang jelas membutuhkan dana ekstra. Mulai dari pemilihan pakaian yang bermerk, property, kendaraan,hingga minuman. Melalui clubbing mahasiwa merasa menemukan jati diri, disana mereka bisa “berjingkrak-jingkrak” sebebasnya, meneguk alcohol dan bercanda sampai pagi, lalu pulang dalam keadaan lelah bahkan mabuk tanpa memikirkan kegiatan di kampus besok. Penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini lebih jauh karena para clubbers seakan tidak pernah merasa bersalah dengan kegiatan yang dilakukan, bahkan menganggap bahwa clubbing adalah trend dan pelepas stress di kampus. Pentingnya penelitian ini untuk melihat fenomena yang terjadi di dunia malam sehingga dapat menjadi himbauan bagi mahasiswa lain agar tidak terjerumus kedalam dunia malam. Dari uraian diatas maka penulis berniat untuk meneliti dan membahas lebih lanjut mengenai “Potret Dunia Malam Mahasiswa” studi kasus di Center Stage, Novotel, Bandar Lampung,

http://digilib.unila.ac.id/11933/13/BAB%20I.pdf
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.
Diberdayakan oleh Blogger.

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Cari Blog Ini

Blog Archive

jam

jauhi narkoba

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.